Wednesday, February 27, 2013

Gowes ke 22

Gowes ke 22, Tgl 24 Februari 2013, Rute Mess HK Nusa Dua -Pantai Nusa Dua. Ini pengalam baru dalam perjalanan menyusuri Pantai Nusa Dua. Memang tak ada jemunya bila Bersepedaan di Pantai Nusa Dua. Udaranya yang bersih, pemandangan yang menajubkan, Jalan setapak atau khusus untuk pejalan kaki dan Sepeda Mulus. Rasanya Nggak lengkap bila ke Nusa Dua tidak main ke Pantai Ini. Banyak Turis bermain selancar dan ada yang duduk duduk menikmati deburan Ombak. Foto : Lokasi Gowes.

Wednesday, February 20, 2013

Gowes ke 21

Goweske 21 tanggal 17 Februari 2013 Rute Nusa Dua Bali - Jimbaran Rencana Awal dari Nusa Dua Bali - Pantai Jimbaran lalu menyusuri pantai tembus ke pantai Dream Land yang mulai terkenal itu. Namu setelah menyusuri pantai Jimbaran giliran memasuki kawasan Hotel. Tidak boleh masuk karena sudah masuk kawasan Hotel. Beda dengan pantau Nusa Dua. Kita bisa dengan nyamannya memakai jalan setapak dr Paving blok bisa bersepeda ria. Foto :

Monday, February 11, 2013

Gowes ke 20

Gowes ke 20, tanggal 10 Februari 2013, Rute Nusa Dua - Sanur - Sinyut. Pantai Sanur lebih asyik lagi, karena ada jalan khusus untuk Pejalan kaki dan Sepedaan. Jalur berada di tepi pantai Sanur. Foto

Wednesday, February 06, 2013

Gowes ke 19

Gowes ke 18 Tgl. 3 Februari 2013 Rute : Nusa Dua Lapangan Renon Denpasar. Kali ini yang punya kerja BJB Bank Jawabarat Banten. Acaranya cukup meriah. Saya berangkat dari Nusa Dua Jam 5.30 terrus bergabung mutar mutar di Denpasar. Foto

Tuesday, February 05, 2013

Gowes ke 18

Gowes ke 18 Tanggla 13 Februari 2013 Rute : Pura Besakih - Pantai Lebih - Pantai Sanur Tentang Pura Besakih : Pura Besakih Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Pura Besakih Pura Besakih Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi. Pura Besakih masuk dalam daftar pengusulan Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995. Filosofi Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat pemujaan terhadap Tuhan YME, menurut kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam Para Dewata, yang menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat manusia, Pura Besakih yang bermakna filosofis. Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi: Sistem pengetahuan, Peralatan hidup dan teknologi, Organisasi sosial kemasyarakatan, Mata pencaharian hidup, Sistem bahasa, Religi dan upacara, dan Kesenian. Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional. Objek penelitian Pura Besakih sebagai objek penelitian berkaitan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang berada di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Berdasar sebuah penelitian, bangunan fisik Pura Besakih telah mengalami perkembangan dari kebudayaan pra-hindu dengan bukti peninggalan menhir, punden berundak-undak, arca, yang berkembang menjadi bangunan berupa meru, pelinggih, gedong, maupun padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu. Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi. Pada tahapan fungsional manusia Bali menemukan jati dirinya sebagai manusia homo religius dan mempunyai budaya yang bersifat sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut aktivitas kegiatan selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu. Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga memengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan ajaran Tattwa yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaran Tata-susila yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan ajaran Upacara merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari umat kepada TuhanNya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama Hindu Dharma di Bali. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pura_Besakih Foto